Kamis, 27 Oktober 2011

The fort of faith

Al hikam, sebuah benteng iman
ditengah rimba kesunyian neraka
kubah hijau raksasa simbol keperasaannya
menangkis serbuan dunia kegelapan

Lorong gelap yang dingin
menjadi tempat perlindungan darinya
waktu demi waktu akan segera keropos
diterpa angin mendung

Al hikam mulai pudar
benteng yang akan segera berlumut
besi podasi yang mulai berkarat
pelataran rumput hijau yang mulai kering perlahan
tak menyisakan apa-apa kecuali nama dan sejarahnya
Al Hikam

Al Muqarabbin

Tak seperti halnya yang dideskripsikan orang-orang,
bagiku ia berbeda,
Sebuah istana permata berpilar cahaya
Lantai yang sejuk terlihat padang rumput yang hijau
Sebuah mihrab cembung memantulkan angin yang dingin
Puluhan cahaya berpendar dari dalam berlian,
yang tersusun rapi pada sebuah lampu gantung

Kelinci tua bersuara merdu si pemimpin pasukan
diantaranya terdapat domba putih yang cerdik
sang penjaga ilmu namun pemalu.
Seoreng rekan yang ramah selalu mengucap salam pada temannya.
Bocah-bocah kecil berlarian penuh tawa
seolah dalam dunia mimpinya.
Jika beruntung, kau sesekali akan bertemu dengan bidadari,
tak bermahkota dan menundukkan pandangannya.

Dan aku menjadi bayangan hitam dalam kerumunan itu,
Kerumunan yang membaur dalam Al Muqarabbin



Kantin Farmasi

Berjalan melintasi pelangi yang biru
Memandangi sekeliling penuh etalase
Perhiasan yang dipamerkan begitu menarik hati
Ditemani secangkir kopi dan wafer coklat
Bukankah itu batu giok hijau?
Apakah yang disana disebut batu safir?
Apakah yang disekeliling ini adalah intan?
Ingin rasanya mencuri satu dari mereka
Tapi sayang belum halal
Aku sebut belum
Ya, sebelumnya gua selalu berpikir mempunyai bakat musik, skill gitar? cukuplah, piano? lumayan, instrumen lainnya? setidaknya dalam tataran cukup menguasai. Namun sayangnya hal itu pudar dengan cepat seiring munculnya kebiasaan baru, yaitu menulis entah apa ini disebut puisi? Gua sering bepergian membawa buku merah yang berisi catatan-catatan tentang hal menarik yang gua alami yang biasa ditulis secara real time.
Sebagai contoh, sajak-sajak diatas, yang seketika langsung gua tulis tanpa pikir panjang saat gua nongkrong di kantin fakultas farmasi suatu universitas sendirian.

Ya, fakultas farmasi di universitas (swasta) itu cukup menarik, bahkan lebih. Disana tempat yang baik untuk cuci mata bagi anda-anda sekalian yang mengalami kejenuhan dalam dunia perkuliahan. Gua sendiri sering nongkrong disana dengan ngopi-ngopi santai sambil liat-liat.
Liat-liat apa? tentu penghuni fakultas itu lah, penghuni yang mana? tentunya mahasiswa farmasi, mahasiswa yang mana? Mahasiswi lah!
Kenapa? ya, karena seperti tulisan gua diatas tadi, layaknya seperti melihat etalase. banyak sekali produk-produk yang ditampilkan dan memiliki keindahannya masing-masing.
Umumnya mahasiswi disana terbagi 3 menurut etnisnya, yaitu etnis pribumi, etnis arab dan etnis cina (nah ini yang paling banyak)

Etnis pribumi disana sangat menarik karena sebagian besar mereka banyak yang berkerudung, secara awam itu adalah sample yang cukup membuktikan kualitas iman dan akhlak mereka, adapula etnis arab, sebenarnya golongan yang ini tidak menempati jumlah yang banyak dalam populasi mahasiswi disana, tapi ada seseorang yang gua yakin betul dia berasal dari etnis tadi, sesuatu yang menarik hati seperti batu safir mengkilau dipadang pasir. Membuat gurun pasir menjadi bersalju entah kenapa. Golongan yang terakhir adalah golongan mahasiswi dari etnis cina, ya ini tentu menempati angka yang banyak disana. Gua sampe sekarang masih bingung kenapa banyak orang cina ingin menyekolahkan anaknya di jurusan farmasi. tapi bukan itu titik perhatian gua. Sebagian dari mereka memiliki paras yang rupawan, gua jadi teringat aktris-aktris korea. hehe...

Mahasiswi-mahasiswi itu selalu rajin setidaknya dari perikelakuan yang gua pantau di kantin. Mereka berangkat kuliah dari kosannya dengan memeluk buku (bukan menjinjing) dan seketemunya dengan teman-temannya, tak ada hal laen yang gua lihat kecuali mereka berdiskusi soal mata kuliah. Bisa jadi apa yang mereka lakukan itu karena tuntutan kuliah, tugas mereka cukup banyak dan waktu kuliah sangat padat. Sangat berbeda jauh dengan jurusan lainnya. Misalnya fakultas hukum tempat gua menimba ilmu. Sebagian besar disana cuma ada anak-anak yang hobinya nongkrong-nongkrong habisin duit orang tuanya, mesum-mesum ria di sudut lorong gedung, dan hal-hal lain yang bertolak belakang dengan apa yang sering gua perhatikan di kantin farmasi.